THE MASQUERADE
Izinkan
aku menceritakan sebuah kisah dari zaman lampau. Ini adalah kisah dimana
manusia hidup sambil menyembah Tuhan dan Iblis. Karena aku rasa sekarang ini manusia hanya percaya pada iblis.
Apa
kau percaya ada makhluk yang lebih cerdas dari manusia di dunia ini? Apa kau
percaya kalau ada dunia yang lebih indah dari dunia ini, dan juga ada dunia
yang sangat mengerikan, lebih dari dunia ini?
Saat
ini banyak makhluk menyeramkan di dunia tempat kau melihat tulisan ini. Manusia
menyebut makhluk ini monster, atau kebanyakan orang menganggapnya Iblis. Tapi
manusia tak sadar bahwa mereka itu monster dan bagian dari Iblis itu sendiri.
Manusia
penuh dengan keraguan. Dalam pikiran mereka, mereka lebih memilih untuk
menghancurkan hal yang sulit mereka pahami. Dan mereka rela melakukan
penelitian yang dapat membunuh dunia mereka sendiri. Manusia tidak sadar kalau
mereka akan melenyapkan nyawa mereka sendiri, dan melenyapkan nyawa orang lain.
Mereka
lebih menyedihkan dari Iblis kan? Dan kami disini tertawa melihatnya.
Sangat
menyenangkan bagi kami melihat kebodohan dari makhluk yang menganggap dirinya
paling cerdas di dunia ini. Mereka menganggap diri mereka kuat dan tidak takut
dengan makhluk lain, tapi kenyataannya mereka sangat takut, bahkan kepada diri
mereka sendiri.
Mereka
tidak akan pernah puas untuk menghancurkan dengan berbagai alasan, sampai tidak
ada yang tersisa selain nyawa-nyawa yang bisa mereka kendalikan.
Tidak
berbeda jauh dengan Iblis kan? Bedanya manusia dengan Iblis adalah, Iblis tidak
akan menghancurkan sesama Iblis.
Sampai
mereka menemukan jawaban atas keraguan mereka, yang sesuai dengan kelemahan
otak mereka, tidak peduli jawaban itu sesuai dengan kenyataan atau tidak,
mereka tidak akan pernah puas. Jika itu tidak berhasil, maka mereka membuat
jawaban mereka sendiri.
Mereka
lebih memilih untuk menutup mata mereka.
Apa
benar arah tujuan yang akan kita tempuh, jika kita berjalan tanpa melihat?
Sekalipun kita memakai tongkat, kita akan dijatuhkan ke dalam jurang.
Cara
yang manusia lakukan pun sungguh lucu, mereka berusaha melenyapkan semuanya.
Bahkan mereka saling menghancurkan satu sama lain. Menyalahkan dan membunuh
kehidupan mereka dengan alasan perdamaian.
“Demi
kepentingan orang-orang” itu yang mereka katakan.
Dan
dari atas sini kami turun untuk memakan jiwa mereka. Tapi kami lebih memilih
untuk memberikan jiwa-jiwa yang busuk itu sebagai mainan untuk binatang peliharaan
kami. Para binatang itu sungguh lucu saat bermain dengan mainan mereka.
Seperti
anak kecil, mereka saling melempar mainan mereka. Kadang-kadang mereka suka
menggigit mainan mereka sendiri atau merusaknya, menusuknya, mengoyak kulitnya
atau mematahkannya.
Tapi
tidak apa-apa, karena mainan itu memang sudah rusak. Sejak awal jiwa itu sudah
membusuk.
Kami
tidak perlu khawatir jika para binatang itu selalu merusak mainan mereka. Karena
mainan itu jumlahnya tak terbatas, mereka selalu bertambah sangat banyak
jumlahnya setiap generasi, sehingga anak-anak dari para binatang yang sudah
kawin bisa terus bermain.
Kami
sudah bosan mengurus mainan untuk para binatang, jadi kami lenyapkan saja
mainannya.
Oh
iya, selain ada jiwa-jiwa yang busuk itu, ada jiwa yang lain.
Jiwa
itu adalah orang-orang yang mau menerima kebenaran. Mereka itu jiwa yang
menerima penderitaan dan mereka pantas dihargai, lalu mereka akan menjadi
bagian dari kami.
Karena
kami memberi penderitaan yang tidak sanggup diterima para manusia.
Karena
itu kami sangat senang menyambut jiwa-jiwa yang ini.
Tapi
menurutku semua orang yang mengetahui kebenaran adalah orang yang beruntung.
Karena mereka yang menyimpang akan dilenyapkan. Untung saja mereka yang sanggup
menerimanya sangat sedikit dari yang mengetahuinya.
Kami
dapat melenyapkan mereka, itu sangat menyenangkan.
Jiwa-jiwa
itu sangat peduli dengan dunia. Aku jadi kasihan dengan mereka, padahal dunia
itu hanyalah mainan bagi kami. Suatu saat jika kami sudah bosan, akan kami
lenyapkan juga.
Kami
akan menggantinya dengan mainan lain yang lebih seru, tapi saying sekali kami
belum mendapatkan idenya.
Tunggu
kami ya, manusia. Karena kami akan datang untuk melenyapkan dunia.
Kenapa?
Karena kami adalah tangan kiri Tuhan.
Jangan
kesal ya, manusia yang manis. Ini
menyenangkan kok. Kalau mau, kalian boleh bergabung dengan kami.
Jangan
lupa sekarang siapkan pikiran kalian. Jangan sampai cerita ini mengubah
keyakinan kalian ya, karena manusia tidak akan bisa memahami Tuhan dan Iblis,
sampai kematian menunjukkan kebenaran yang sangat
ingin kalian ketahui.
Tapi,
aku yakin kalian akan menyesalinya
Oh
iya, aku jadi ingat seluruh manusia menangis saat kematian memberitahu
kebenaran dalam hidup mereka. Kenapa ya?
Padahal
saat itu hasil dari permainannya diberi tahu dan mereka juga akan diberi
hadiah. Yah, apa boleh buat..
Sedikit
penjelasan untuk kalian, saat manusia mati, nilai mereka diberitahu oleh
kematian, dan mereka masing-masing dapat hadiah.
Hadiah
ini spesial, karena ini sebagai pengharagaan untuk manusia yang pantas
mendapatkannya. Dan hampir seluruh dari manusia yang mati itu bisa bermain
dengan ular dan burung api milikku.
Manusia
itu tidak mau bermain dengan peliharaanku.Mereka menangis dan meraung-raung
sebelum menyentuhnya.
Manusia
itu tidak mau mengerti.
Padahal
mereka lucu dan menggemaskan kok, kalian mau kan ikut main? Mereka suka bermain
dengan jiwa-jiwa itu seperti anak kecil.
Kalian
tidak perlu tahu tentang keberadaaan kami, kok. Tapi aku ingin mendengar
pendapat kalian tentang kami.
Menurut
kalian, apakah kami ini? Jangan dipikirkan terlalu keras, ya! Karena aku
kasihan dengan otak kalian.
Nah,
sekarang duduk yang manis! Karena sekarang aku akan mulai membacakan sebuah
cerita.
Eh..
mulai dari mana ya.. Nah, ini saja!
Kisah
ini adalah petualangan pertamaku sebagai bagian dari tangan kiri Tuhan! Ini
akan jadi kisah pertamaku yang terbaik!
Baiklah!
Uhm, ehem!
Saat
itu aku masih manusia normal. Aku adalah
anak dari seorang pedagang keliling, aku dan
keluargaku selalu mengembara ke berbagai daerah dengan karavan.
Berbagai
kota telah kami lalui, dan
beberapa Negara telah kami singgahi.
Saat
aku berumur 10 tahun, orang tuaku
berhenti menjadi pedagang keliling. Mereka memilih membeli beberapa bidang
tanah dan menjadi petani juga peternak sapi dan
domba. Kami punya lahan yang
sangat besar, dengan banyak ternak, keluargaku pun menjadi
sebuah keluarga yang sangat berkecukupan.
Tapi
aku rindu dengan petualangan kami dulu. Aku rindu melihat suasana baru,
bangsa-bangsa yang baru, pemandangan yang jarang terlihat, dan aku sangat suka
mengumpulkan informasi untuk kutulis ke dalam jurnal petualanganku.
Apa
lagi, melihat perempuan-perempuan cantik dari berbagai negeri. Ah, aku sangat
tidak sabar menanti hal itu.
Untunglah
orangtuaku mengerti dan mau membiarkanku pergi. Di umur 16 tahun, aku pergi
menggunakan karavan orang tuaku. Aku sangat bahagia dengan perjalanan
pertamaku, walaupun aku juga sedih karena harus berpisah dengan orang tuaku.
Lalu
tentang kisah ini, kalau tidak salah saat aku dan istriku berumur 25 tahun,
kami adalah pasangan muda yang sudah 2 tahun menikah.
Sejak
kecil aku sudah menjelajahi berbagai daerah bersama papa dan mamaku. Sangat
menyenangkan pergi ke daerah lain yang terlihat baru bagiku, dan karena itu
sejak kecil aku mempelajari berbagai bahasa dari negeri-negeri yang aku kunjungi.
Dalam
perjalanan yang jauh,
mengendarai karavan memang melelahkan, tapi kelelahan itu akan terbayar dengan
pemandangan yang indah dari tempat yang kau kunjungi. Apa lagi jika kau
menikmatinya bersama orang-orang yang kau sayangi. Untunglah aku bisa menikah
di usia yang muda.
Nah,
waktu itu kami singgah di daerah Dan, daerah ini terletak di sebelah selatan
Gunung Hermon. Tepatnya di kaki gunung Hermon.
Pemandangan
dari puncak Gunung Hermon tidak akan dapat kau lupakan jika kau sudah
melihatnya. Dari kaki gunungnya saja sudah sangat indah, dan lebih lengkap
bersama udara segar dan sejuk khas pegunungan
Di
pagi hari, embun yang jatuh membasahi rumput dan bunga-bunga yang mekar, kau
dapat melihat matahari fajar yang sangat indah. Jika kau beruntung, di awal
musim semi, kau akan dapat melihat pelangi yang menghiasi gunung itu saat kabut
perlahan-lahan hilang, bersama padang bunga yang masih segar di pagi hari.
“Sayang
sekali ini bukan musim semi, Lamia” kataku.
“Ya,
mungkin kita dapat melihat pemandangan di Gunung Hermon yang kau katakan waktu
itu”
“Haha,
kau sangat ingin melihatnya? Kita bisa ke sana dengan menginap di Dan tahun
depan”
“Ya,
mudah-mudahan sempat ya”
“Aku
akan membawamu ke sana tahun depan. Aku janji”
“Asal
kau jangan bersumpah kepada Tuhan kau akan membawaku ke sana, Ragor” kata
istriku.
“Jangan
begitu, setidaknya berpikirlah positif tentang keinginanmu itu”
Lalu
kami selesai menyiapkan dagangan kami di Dan, bersama karavan yang lain. Kami
menjual buah dan beberapa perlengkapan. Kami tidak berani menjual anggur,
karena harganya yang mahal bisa menghanyutkan nyawa kami dalam perjalanan.
Rempah-rempah
dari daerah selatan saat itu sangatlah mahal, konon kau bisa dapat rumah mewah
dengan tanah yang sangat luas bila kau menjualnya sedikit saaja. Tapi kami
tidak mau menjual anggur dan rempah-rempah, bisa-bisa para penyamun akan membunuh
kami untuk mengambilnya.
Karena
saat itu nyawa manusia lebih murah dibandingkan dengan segenggam rempah-rempah
dan satu gentong anggur.
Hari
itu, pelanggan kami lumayan, tidak banyak memang yang terjual, karena yang
membeli hanya penduduk Dan yang sedikit, dan beberapa pengembara. Lalu seperti
biasa, hari mulai menjelang malam, dan aku segera menutup stan.
“Berapa
harga gandum-gandum ini, tuan?” tiba-tiba seorang laki-laki bertanya padaku,
sepertinya dia seorang cendekiawan.
“Satu
keping emas (dirham, kurang lebih
sama dengan satu dinar) untuk satu karung, harga ini khusus untukmu anak muda.
Apa kau seorang cendekiawan?” kataku.
“Ya,
tuan. Tapi aku hanya punya 50 duit
tuan” (duit = mata uang Yunani, sama dengan dua sen)
“Kau
tidak punya dirham? Darimana kau berasal?”
“Sidon,
tuan. Aku sedang dalam perjalanan ke Betel.”
“Oh,
baiklah, kau boleh dapat 1 cupak (satu
liter atau kilo). Tapi anak muda, kalau kau memberi informasi yang bagus, aku
akan beri dua cupak lagi dengan harga 80 duit.”
“Sodom
akan mengadakan festival tidak lama lagi, tuan.”
“Apa
ada yang lain anak muda?”
“Seorang
pria tua sedang mengutuk Asytarot dan Baal, tuan. Sepertinya akan ada bencana di
daerah itu, tuan”
“Hmm..
Yang lain?”
“Aku
mendengar gosip tentang para penyembah Beelzebul (diyakini sebagai pemimpin
para Iblis). Aku dengar para Baal adalah para bangsawan di Sodom, tuan.”
“Darimana
kau dapat informasi itu?”
“Orang-orang
bilang pria tua itu juga berkata tentang Sodom, dia berencana kesana juga untuk
mengutuk Bera dan seluruh kota, tuan”
“Apa
kau percaya rumor?”
“Tidak
terlalu, tuan. Tapi akan lebih baik kalau kita berjaga-jaga dengan memanfaatkan
informasi yang ada.”
“Aku
suka denganmu, anak muda! Kau pantas jadi cendekiawan! Ambilah dua cupak tepung
gandum ini dengan 80 duit, khusus untukmu! Oh iya, siapa namamu?”
“Griadole,
tuan”
“Baiklah,
Griadole, aku akan ke Sodom. Namaku Ragor. Semoga kita bertemu lagi” lalu aku
memberi 2 kantung tepung itu padanya.
“Terima
kasih, tuan”
“Oh,
tidak usah berterima kasih. Griadole, itu informasi yang bagus.”
“Apa
kau punya istri tuan?”
“Ya,
dia cantik kan?”
“Berhati-hatilah
di Sodom, tuan. Beelzebul disembah para Baal yang sangat meninggikan kesuburan”
“Hahaha..
ya, setidaknya aku punya nyali untuk menghadapi itu.” Aku berbalik menaruh uang
ini ke kotak.
“Ya,
memohonlah keselamatan kepada Tuhan, selagi tuan masih muda”
Lalu
dia pergi, aku tidak melihat lagi dia lagi, jejaknya, karavan, kuda, atau
kereta kuda tidak terlihat di sepanjang jalan dari arah anak itu datang. “Cepat
sekali dia pergi, mungkin dia sedang buru-buru” gumamku.
“Ada apa sayang?” kata istriku.
“Tidak,
tadi ada anak laki-laki yang menarik, aku menjual tepung gandum padanya dengan
80 duit”
“Itu
sangat murah sayang, tapi aku tidak mendengar apapun dari tadi”
“Hah?
Ya, tidak apa lah, dia memberi informasi yang sangat bagus untuk kita. Oh, iya,
besok kita akan pergi ke Sodom”
“Kenapa
besok kita ke Sodom?”
“Sebentar
lagi di sana akan ada festival, itu kesempatan bagus untuk berdagang. Oh, apa
kau mau menikmati festivalnya juga?”
“Ya,
tapi aku rasa kita akan repot saat festival nanti”
“Tenang
saja, aku akan berusaha menutup stan lebih cepat untukmu”
“Aku
tidak ingin merepotkanmu, karena aku ingin selalu di sisimu untuk mendukungmu”
“Terima
kasih, semoga saja hidup kita selalu damai. Semoga Tuhan mau mendengar
permohonan kita ini.”
“Ya,
sekarang sudah saatnya tidur”
“Tidurlah
duluan, langit malam ini sangat bagus”
“Memohonlah
agar aku selalu awet muda bersamamu, kalau ada bintang jatuh”
“Aku
tidak percaya tentang hal yang tidak logis itu, kecuali Tuhan, aku takut dengan
murkanya.”
“Setidaknya
cobalah”
“Baiklah”
ῲ
ῲ ῲ ῲ
“Sayang,
kau tidur sangat lelap, kau ketinggalan fajarnya” kata istriku.
“Oh,
maaf. Hoaahmm.. apa sudah siang?”
“Belum,
baru saja fajarnya selesai”
“Ayo
mandi, perjalanan masih beberapa hari lagi, baru sampai di Sodom” aku langsung
mengambil baju ganti.
“Mau
mandi bersama?” istriku memelukku dari belakang. Ya, dia ingin menggodaku.
“Tidak,
aku akan mandi sendiri. Kita akan mandi di pemandian penduduk Dan, tidak baik
mandi di sungai. Siapa nanti yang jaga karavan kalau kita mandi di sungai?”
“Baiklah,
aku duluan ya.”
“Ya,
cepatlah” kataku, lalu aku mengambil sebotol anggur pergi ke sungai
Di
sungai itu aku melihat seorang pria tua sedang istirahat, dia duduk di tepi
sungai dan merendam kakinya. Kelihatannya dia sedang lelah berjalan. “Kau mau minum
pak tua?” aku duduk disebelahnya dan menawarkan anggur.
“Tidak,
aku mudah mabuk kalau minum anggur”
“Oh,
baiklah. Kau sepertinya sedang istirahat pak tua, kau mau kemana?” kataku.
“Aku
mau ke Sodom”
“Oh,
sama, aku juga, kau mau ikut denganku?”
“Terima
kasih, aku sangat tertolong”
“Kalau
begitu, mandilah sekarang pak tua. Badanmu bau” lalu aku melepas pakaiamku dan
menceburkan diriku ke sungai.
“Apa
benar aku boleh ikut denganmu?” lalu dia ikut mandi bersamaku.
“Ya,
tentu saja. Karavannya tidak banyak orang dan muatan kok”
“Sebaiknya
kau jangan berlama-lama di Sodom”
“Aku
berniat pergi setelah festival. Oh, maaf aku lancing, kalau aku boleh tanya,
apa urusanmu di Sodom pak tua?”
“Aku
ingin menyelidiki kota Sodom, aku ingin menyelidiki kebenarannya” raut wajah pak
tua serius.
Sepertinya
menarik, aku juga ingin tahu.
“Namaku
Ragor, pak tua. Siapa namamu?”
“Abraham”
dia menjawabnya dengan senyum.
“Eh..
pak Abraham. Boleh aku memanggilmu Abraham saja?”
“Tentu”
“Aku
akan membantu menyelidikinya, bagaimana?”
“Apa
yang kau inginkan?” katanya.
“Tidak
ada, aku hanya ingin informasi, dari kata-katamu sepertinya akan ada informasi
yang menarik”
“Tidak
usah, sebaiknya kau jaga saja istrimu”
“Darimana
kau tahu aku punya istri?”
“Dari
tingkah lakumu yang memanggil pak tua ini dengan tidak sopan” katanya.
“Oh,
aku minta maaf”
Setelah
mandi, aku dan Abraham menuju ke karavan, aku tidak jadi pakai baju gantiku
tadi. Aku pinjamkan baju gantiku ke orang itu, dan aku ganti baju di karavan.
“Lamia,
ada orang yang akan menumpang dengan kita ke Sodom, namanya adalah Abraham, ini
dia orangnya” aku memperkenalkan Abraham ke Lamia.
“Baiklah,
pak Abraham, tolong kerjasamanya ya” kata Lamia kepada Abraham.
“Ya,
tentu saja itu suatu kehormatan bagiku. Aku berterima kasih atas kebaikanmu,
nona”
“Reaksimu
ke aku kok beda Abraham?” tanyaku
“Sayang,
kau tidak boleh memanggil seseorang yang lebih tua seenaknya. Tolong maafkan
sikapnya yang tidak sopan ini pak”
“Hahaha..
santai saja nona, tidak usah terlalu formal, panggil saja aku Abraham” pak tua itu
tersenyum.
“Eh?
Baiklah kalau begitu Abraham”
“Semua
sudah siap, kalau sudah kita berangkat sekarang” kataku.
Seetelah
itu kami berangkat ke Sodom. Di perjalanan kami mulai berbincang.
“Apa
yang kau curigai Abraham? Aku juga mendengar rumor dari seorang cendekiawan,
apakah tentang Baal di Sodom?”
“Benarkah
itu? Yang jelas jika aku mendapat kebenarannya dan semua orang kota itu
bersalah, maka kota itu akan lenyap!”
“Wow,
apa Yehuda akan menyerang Sodom habis-habisan?”
“Lebih
buruk dari itu, negeri itu akan hilang dari peradaban”
“Apa
Persia dan Roma akan ikut? Bangsa apa yang akan melenyapkannya?”
“Seluruh
bangsa akan takut, mereka akan jadi gila dan mereka tidak akan pernah mau
keluar dari kamar mereka jika mereka melihatnya. Karena itu seluruh bangsa tidak
boleh melihatnya”
“Wow,
ini sangat hebat, pemusnahan secara diam-diam. Baiklah aku ikut. Apa kau punya
rencana pak tua?”
“Tidak,
aku serahkan semua itu kepada Tuhan”
“Ya,
kau orang yang sangat taat. Tapi setidaknya, kau tidak boleh menyia-nyiakan
nyawa pemberian Tuhanmu itu”
“Kau
benar, bantu aku”
“Oke,
begini rencananya. Aku akan menyebarkan gosip bahwa akan ada orang yang ingin
mengutuk Sodom, aku akan meyakinkan mereka dengan menambahkan cerita tentang
Baal dan Asytarot, dan juga gosip bahwa raja Bera akan mati oleh orang itu.
Pokoknya kita buat seluruh penjaga lebih fokus menjaga gerbang dan mengawasi
daerah di luar tembok”
“Lalu?”
“Kau
akan bersamaku, aku akan bilang kalau kau itu kakekku, jangan mencolok. Kita
akan mendapat kepercayaan dari penjaga dengan memberi informasi, lalu kita beri
uang pada penjaga malam, karena yang mengawas jalan waktu malam pasti sangat
sedikit. Kita akan beralasan pergi ke bar untuk minum-minum dan sedikit
bersenang-senang dengan wanita”
“Eh..
aku orang yang tidak suka mabuk dan bermain dengan perempuan lain selain
istriku”
“Itu
hanya alasan, tentu saja kita menyelinap ke berbagai tempat penting untuk
menemukan kebenaran yang kau butuhkan”
“Oh, baiklah, aku setuju, rencanamu hebat
juga”
“Memangnya
kau punya rencana apa?”
“Mengirim
orang ke sana untuk mengintai, memasukkan mereka sebagai penjaga atau pura-pura
jadi bangsawan, lalu pergi berhadapan langsung dengan Bera”
“Kau
membuatku kesal! Rencanamu itu jelas lebih hebat! Juga butuh uang yang sangat
banyak! Kau gila! Aku tidak mampu jadi seperti itu!”
“Hoo.. kau kurang pengalaman ya? Sudah, duduk
saja dengan manis saat kita sampai di Sodom. Oh iya, jaga istrimu itu, jangan
sampai kau melepaskan penjagaanmu!”
“Ya,
kau megatakannya dua kali. Apa sebenarnya yang akan terjadi?”
“Orang-orang
luar yang ikut terjerat akan musnah, baik tubuh maupun jiwanya. Aku sudah
memperingatkan dua kali ya? Kalau begitu jangan sampai kau menyesal, nak!”
“Baiklah
pak, kalau begitu aku akan menjaga jarak”
Hari
ini menjadi hari yang sangat panjang, entah kenapa perjalanan hari ini sangat lancer,
kuda-kuda terasa berlari lebih cepat. Untung kami sudah sampai di Danau
Galilea.
“Kita
tidur dulu, besok siang kita akan sampai di Sodom” kataku.
“Aku
akan menjaga karavan” kata Abraham.
“Tidurlah
duluan, Lamia” kataku
“Baiklah”
Lalu aku berbaring bersamanya, tidak lama setelah itu dia tertidur pulas. Aku
bangun dan menuju bagian depan karavan, mengobrol bersama Abraham.
“Bagaimana
wanita dan anak-anak dsana?”
“Semuanya,
baik pria maupun wanita, anak-anak, para budak, bangsawan, raja-raja, penjaga,
pedagang, orang asing yang berdiam disana, serta para binatang tidak akan
diberi ampun”
“Bukankah
itu berlebihan!? Bahkan anak-anak juga!”
“Yang
benar akan diselamatkan, yang bersalah akan dimusnahkan”
“Termasuk
bayinya juga!?”
“Ya,
mereka mungkin akan mewarisi sifat orang tua mereka”
“Itu
hanya mungkin! Aku tidak akan bisa menerima itu”
“Ketika
kau dan aku melihat kebenarannya, semua keputusanmu akan jelas”
“Tapi..”
“Selamat
tidur”
“Sialan
kau pak tua!” setelah itu aku memandang langit yang penuh bintang. Kenapa
mereka ingin menghabisi semua termasuk bayinya juga? Apa yang sebenarnya sedang
terjadi? Semoga semua berjalan baik.
Lalu,
aku tertidur. Pagi-pagi sekali Abraham membangunkanku.
“Fajar
sudah tiba, sebaiknya kita berangkat”
“Aku
bangunkan dulu istriku” lalu aku menuju bagian belakang, dia masih tertidur
pulas, bahkan saat tidur, kecantikannya sangat menggoda.
“Ragor..”
dia memimpikanku saat tidur. Oh, dia manis sekali. “Pakailah bajumu.. dan..
celana itu bukan dipakai di kepala.. kau.. oh.. jangan ragor.. aauhh..” kaau
mabuk..”
Sedang
apa aku di dalam mimpinya?
“Gawat
juga kalau kau sampai mabuk” Abraham menatapku.
“Aku
tidak pernah begitu!”
“Hooaahhmm..
sudah pagi sayang?” Lamia terbangun
“Ah?
Sudah. Ayo bersiap-siap, kita akan segera berangkat”
“Kalian
tidak mau makan?” Lamia menawarkan makanan kepada kami
“Kami
akan makan nanti di perjalanan”
“Kau
yakin? Setidaknya makanlah makanan buatan istrimu ini. Rasanya enak sekali nona”
“Ya,
aku ambil satu. Ayo pergi sekarang”
Lalu
kami berangkat menuju sungai Yordan.
ῲ
ῲ ῲ ῲ
Setelah
menyusuri sungai Yordan, kami sampai di dekat gerbang kota Sodom. Lalu aku
berbicara kepada Abraham “Kalau aku menjual informasi, tentang seseorang yang
akan datang mengutuk Sodom dan membunuh raja Bera, apa kau setuju? Sepertinya
mereka belum tahu”
“Apa
itu menguntungkanku?” kata Abraham.
“Tidak
tahu, tapi penjagaan di dalam kota akan mengendur sedikit”
“Lakukanlah,
jangan mengecawakanku”
“Kau
anggap aku apa, pak tua? Santai lah”
“Seharusnya
itu kau, nak. Mau lihat aksiku?”
“Hei,
besok lusa akan ada festival, bergeraklah cepat”
“Kalau
begitu bantu aku”
“Oke,
aku ikut”
Lalu
kami berhenti di gerbang kota, aku turun dan berbicara dengan seorang penjaga
gerbang “Hei, mau informasi bagus? Tapi ini tidak gratis”
“Apa
maumu? Kau mau kutendang keluar dari sini, huh?”
“Kau
yakin? Tapi ini berhubungan dengan nasib raja kalian”
Salah
satu penjaga menarik kerah bajuku “Katakan sekarang!”
“Hei!
Aku membayar mahal informasi ini dari orang terpelajar!”
“Baiklah, 5 dirham” kata seorang penjaga.
“Aku
mau 15 dirham” kataku.
“8
dirham” dia menawar lagi.
“10
dirham, atau tidak sama sekali!”
“Baiklah,
ini uangmu! Jika informasi tak berguna, kau tidak boleh masuk karena telah
bermain-main dengan prajurit Sodom!” lalu dia melemparkan kantung berisi
dirham, uangnya pas.
“Baiklah!
Seorang pria tua dengan tongkat telah membawa bencana ke Asytaroth, membawa
kematian bagi para penyembah Beelzebub, dan orang itu tak bisa dibunuh”
“Siapa
pria tua itu?” kata seorang penjaga, dan para penjaga lain memperhatikan dengan
serius. Mereka cemas dengan kabar ini? Seharusnya mereka mengaggap hal ini
tidak penting dan segera menendang pantatku keluar dari gerbang. Sepertinya
negeri ini terlibat dengan para Baal.
“Aku
tidak tahu dengan pria tua itu, tapi kudengar dia sepertinya sangat disayang
oleh Tuhan, Dewa orang-orang Yehuda”
“Tcih!
Orang Yehuda, huh!? Mereka memang pembawa sial bagi negeri kita!” rupanya
mereka bermuka dua, huh? Di depan orang-orang terkemuka, mereka bersikap manis
dan memuji kehebatan orang Yehuda. Ternyata ini wajah asli mereka, informasi
bagus bagiku dan orang-orang Yehuda.
“Hei!
Apa ada yang lain lagi!? Jika itu benar, apa Yehuda akan menaruh tungku dengan
minyak apinya ke kota ini!?” kata seorang penjaga yang lain, lama-lama tambah
banyak penjaga yang berkumpul di sini.
“Ya!
Setelah Asytarot, dia akan menuju kota-kota sepanjang sungai Yordan, tapi dia
tidak membawa satu orang pun bersamanya”
“Jangan-jangan
orang itu adalah Abraham! Dia orang kesayangan Dewa orang Yehuda!”
“Abraham?”
kataku. Ternyata orang itu.. oh, tidak..
“Apa
kau mengenalnya!?”
“Tidak,
yang kudengar namanya bukan Abraham. Dari pada itu, kalian seharusnya
memperketat penjagaan di bagian luar, jika perlu sampai ke batas kota seberang”
“Kami
tidak butuh saran darimu!”
“Kalian
harus menyingkirkan orang itu secepat mungkin, jika raja mendengar informasi
ini, kalian tidak punya waktu untuk istirahat lagi, bahkan untuk
bersenang-senang saat festival, bukankah aku benar?”
“Tcih!
Kau benar! Kami akan menghabisinya sebelum festival! Semua prajurit harus berjaga
di luar! Jangan sampai raja tahu soal ini! Mari kita segera beritahu yang lain!
Terima kasih atas informasi mu, kami berhutang padamu, jika kau butuh sesuatu,
katakan kau adalah teman baik kepala pasukan penjaga, Tyris.” kata seorang
penjaga yang lain.
“Tyris?”
tanyaku.
“Ya,
apa ada maslah lain?”
“Tidak.
Namaku Ragor, aku seorang penjelajah”
“Pengembara?
Tapi dari pakaianmu, cincin emasmu dan pedangmu, kau terlihat seperti seorang
saudagar!”
“Ah,
itu karena keluargaku. Ngomong-ngomong, kenapa pakaian kalian semua sama?”
kataku.
“Tentu
saja karena ini baju zirah, bodoh! Cepat masuk! Jangan sebarkan informasi
barusan, nak!”
“Baiklah,
pak. Aku mau menikmati festival dan tinggal disini bersama istriku, kami
menumpang dengan seorang pedagang tua yang sangat baik” kataku, sambil menunjuk
ke arah karavan.
“Kalau
kau berencana menikmati festival di kota ini, kau kuberi izin untuk menginap di
hotel terbaik di kota ini! Katakan saja kau temannya Tyris!”
“Terima
kasih, pak!” lalu aku segera pergi ke karavan.
“Mereka
terlihat marah, apa yang kau laakukan?” kata Abraham.
“Istriku
tidak terlihat oleh orang lain kan?”
“Tidak,
tenanglah, kau terlihat pucat” Abraham mencoba menenangkan perasaanku.
“Abraham,
kita akan menginap di penginapan untuk sementara, karavan akan dijaga oleh
petugas penginapan. Oh, namamu juga segera kita ganti dengan Eldore, beritahu
istriku kalau itu nama aslimu.”
“Kenapa
buru-buru?”
“Kita
akan bicarakan hal itu nanti, pak tua”
“Oh,
jadi kau sudah tahu?”
“Nanti
saja” kataku.
Kami
segera masuk ke dalam kota, lalu kami berkeliling sebentar. Aku tercengang
begitu melihat kota ini untuk pertama kalinya. Tidak kusangka, ternyata kota
ini sangat menakjubkan.
Di
dalam kota itu bukan hanya bangunan kerajaannya yang megah, tapi banyak gedung
yang terlihat kokoh dari batu-batu, bagiku terlihat seperti benteng kecil, dan
mereka membuat lubang pengairan yang bersih di sepanjang pinggir jalan, juga
tidak ada budak maupun pemukiman kumuh.
“Kenapa
kota yang sangat damai dan seindah ini akan dimusnahkan? Terlebih lagi,
anak-anak mereka juga?” aku berbisik kepada Abraham.
“Diamlah.
Karena itu aku mau mencari tahu kebenarannya”
“Aku
akan membantumu, dan ini juga akan kurahasiakan dari istriku”
“Awasi
saja istrimu, nak. Sudah tiga kali aku memperingatkanmu”
“Ah,
aku benci jika kau yang harus melarangku”
Padahal
semua nampak normal, semua penduduk tidak bersikap aneh, ataupun mencurigakan.
Hanya para penjaganya saja yang baru kutahu, dan dari reaksi mereka, aku rasa
para bangsawan dan kerajaan sepertinya juga bersikap sama. Aku berpikir raja
mungkin saja melibatkan seluruh penduduknya dalam kesalahannya yang sedang kami
selidiki ini.
Setelah
itu kami segera menuju penginapan yang lumayan kabarnya. Kami langsung memesan
kamar.
“Bisa
beri kami kamar yang pantas?”
“Oh,
baiklah, satu kamar untuk 3 orang, kami punya kamar terbaik dengan tarif 5
dirham-”
“Dua
kamar! Tyris menyuruhku ke sini, kalau bisa di lantai paling atas, aku ingin
melihat pemandangan bersama istriku, dan pak tua ini, tolong kamarnya di
sebelahku”
“Baiklah,
tarifnya-”
“Apa
Tyris tidak memberitahu sesuatu tentangku? Buatlah tarif yang murah untukku!”
“Apa
kau teman si kepala pasukan itu?” kata seorang tua botak dengan janggut coklat
panjang yang di kuncit.
“Apa
maksudmu dengan “itu”? Jangan main-main dengan temanku.” kataku.
“Ah,
tolong maafkan aku atas kelancanganku, apa kau baru pertama kali ke Sodom?”
“Ya.
Aku seorang petualang dan aku menumpang karavan pak tua itu” kataku, sambil
menunjuk Abraham. Lalu Abraham membungkuk memberi hormat ke orang itu.
“Ini
kesempatan yang bagus, sebentar lagi akan ada festival untuk memperingati dewa
kami. Setelah kau menikmati festival, kau akan tertarik untuk tinggal di kota
ini, anak muda!”
“Ya,
aku sedikit tertarik dengan kota yang terkenal ini, tapi aku masih baru di sini,
aku butuh banyak informasi tentang kota ini. Maukah kau membantuku?”
“Tentu
saja! Itu suatu kehormatan bagi kami memperkenalkan kota kami sendiri kepada
para tamu”
“Tamu?
Apa maksudmu? Tyris hanya memintaku berkunjung” raut wajahku jadi serius,
karena barusan dia membuat pernyataan yang aneh.
“Uh..
kau tahu, orang asing tidak boleh sembarangan masuk ke kota ini, karena.. raja
bilang mereka akan merusak kota”
Aku
menghampirinya dan menatapnya dengan geram “Merusak kota? Jadi orang-orang
kalian berpikir orang sepertiku ini adalah perusak kota?”
“Tidak!
Aku mohon ampun! Bukan maksudku berkata begitu! Aku tidak punya maksud buruk!”
Lalu
aku berbalik kepada istriku dan Abraham “Ayo, kita pergi, aku akan bicara pada
Tyris soal ini, ternyata kota ini mengecewakan sekali”
“Tidak!
Tolong jangan katakan itu padanya, aku akan melakukan apapun!”
“Kami
tidak butuh apapun! Aku jijik dengan orang kurang ajar sepertimu.”
“Tolong
aku.. aku mohon, aku benar-benar akan melakukan apapun, kau boleh melakukan
apapun kepadaku dan kau boleh mengambil anakku” dia bersujud padaku
“Anakmu?
Memangnya siapa anakmu itu, sampai kau rela memberikannya padaku?”
Lalu
dua orang gadis datang meghampiri pria botak itu “Ada apa ayah? Kenapa kau
sampai bersujud sepert ini?” dan seorang gadis yang lebih muda menatapku “Tuan,
apakah kesalahan ayahku, kepadamu?”
“Aku
tidak tahu apa-apa tentang kota ini, dan dia baru saja menganggapku sebagai
perusak kota” kataku.
“Maafkanlah
kesalahan ayah kami ini, tuan! Kami akan berikan keperawanan kami untukmu” kata
seorang gadis diantara mereka yang terlihat lebih dewasa.
“Eh?
Aku tidak butuh keperawanan kalian, kenapa kalian sampai rela memberikan itu?”
“Kalau
begitu apakah kau bersedia menjadikan kami ini sebagai pelayanmu?”
“Tidak,
aku tidak butuh kalian. Baiklah, ayah kalian tidak akan diapa-apakan. Aku akan
pergi sekarang”
“Tolong
jangan! Jika Tyris mendengar kabar kalau kau meninggalkan tempat ini setelah
aku menghinamu, apalagi kau mengasihaniku”
“Apa
yang akan terjadi? Pergilah, aku tidak ada urusan lagi dengan kalian”
“Kau
boleh menginap di sini semaumu gratis, Tuan! Tolong, terimalah juga dua gadisku
ini menjadi budakmu!”
Lalu
aku mengeluarkan pedangku dari sarungnya “Apa kau sudah gila!? Kau mau
kutebas!?”
Tetapi
dua anaknya itu langsung menghalangiku “Jangan tuan! Tolong terimalah
permintaan ayah kami! Ini suatu kehormatan bagi kami!”
Apa-apaan
dengan orang-orang ini!? Kenapa bisa dia memberikan anaknya kepada orang lain?
“Baiklah
jika kau memaksa, tapi mereka harus bersumpah setia melayaniku selamanya dan
memutus hubungan mereka dengan siapapun, termasuk dewa yang kau agungkan itu.
Karena aku adalah seorang pengembara yang telah melihat banyak dewa-dewa yang
disembah bangsa-bangsa, aku tidak percaya dengan dewa. Karena itu, anak-anakmu
itu harus menyembahku melebihi dewa mereka!” aku mengatakan itu karena aku
berharap dia tidak memaksaku untuk mengambil anaknya.
“Baiklah
kalau begitu tuan, aku mengerti”
“Baguslah
kalau kau mengerti” aku pikir aku berhasil menolak tawarannya
“Kami
bersumpah di hadapan semua dewa untuk melayanimu dan menyembahmu, keberadaan
dan nyawa kami hanya untukmu!” tiba-tiba dua gadis itu bersumpah.
Aku
baru saja membuat kesalahan yang fatal.
“Eh!?
Apa yang kau lakukan Ragor!? Aku sudah jadi istrimu! Apa kau sudah tidak puas
lagi denganku!?” istriku membentakku, dia membuatku malu di depan umum.
Aku
langsung dicap sebagai orang kaya hidung belang. Lebih parah lagi aku dianggap
sebagai orang yang suka mengambil anak gadis yang cantik dari orang tua mereka.
Padahal
semua awal yang kubuat tadi sangat bagus, sekarang malah jadi akhir yang buruk.
Aku
melihat ke arah Abraham. Semoga dia mengerti sinyal “Tolong bantu aku!” yang
kutujikan kepadanya.
Dia
malah mengacungkan jempolnya kepadaku dan memasang wajah bangga. Dia salah
paham.
“Eldore,
bantu aku membawakan barang-barangku ke kamar, kalian para pekerja juga bantu
membawakan barang-barang kami. Berikan aku kunci ruangan yang paling bagus di
kamar ini!” aku sengaja mengalihkan pembicaraan. Aku langsung mengambil tasku
dan kunci ruangan dari salah satu pekerjanya. Aku segera berjalan cepat ke
lantai paling atas.
Saat
aku masuk ke ruangan itu, aku sedikit bingung, kenapa dekorasinya seperti kamar
untuk perempuan? Kamar ini penuh bunga, alat rias, dan barang-barang untuk
perempuan.
“Sebelumnya
ini kamarku, tuan, silahkan pakai sesuka anda” kata gadis pelayanku yang lebih
tua.
“Sebelumnya?
Dan kenapa kau mengikutiku?”
“Itu
sudah jelas karena aku sekarang adalah milik tuan, maka seluruh kepunyaanku
juga milik tuan”
Abraham
langsung menepuk pundakku, dia terlihat bangga padaku. Sedangkan istriku tidak
mau menatapku. Semuanya benar-benar tidak mengerti kalau yang barusan adalah
kesalahpahaman.
“Kalau
ini kamarmu, aku akan pindah ke kamar lain” kataku, lalu aku segera pergi ke
ruangan sebelahnya.
Aku
langsung membuka pintunya dengan kunci yang dibawakan pekerja disitu.
Ada
satu pasangan yang sedang bercumbu di ruangan itu, aku membuat kesalahan kedua
yang memperburuk reputasiku. Namun kenapa semuanya menatap ke arahku sesaat
setelah pintunya terbuka? Tatapan mereka kearahku seperti mengatakan “Pria ini
yang salah, bukan kami” atau “Kau laki-laki yang mesum”
“Usir
mereka, segera pindahkan ke ruangan yang lain!” aku segera memerintahkan para
pekerja, berusaha terlihat segagah mungkin untuk membuktikan kalau aku bukan
orang mesum.
“Kamar-kamar
ini punya kasur yang sangat besar ya?” Abraham langsung bilang begitu.
“Ya,
sayang kalau hanya untuk tidur sendiri ya?” aku menanggapi ucapan Abraham
barusan, aku bermaksud menyindirnya.
“Kami
akan tidur denganmu, tuan” kata salah satu pelayanku itu.
Abraham
menepuk pundakku, dia malah menatapku dengan takjub, dai tidak mengerti kalau
barusan aku ingin mengejeknya.
“Oh,
sepertinya menyenangkan ya, sa-yang?” istriku langsung mencetus.
“Ah,
kau salah paham” kataku. “Baiklah, pelayan-pelayanku tidur di kamar mereka, aku
tidur disini dengan istriku, dan Eldore, kau di ruangan sebelah, kalian jangan
jauh-jauh dariku” setelah itu aku mengurus barang dagangan dengan Abraham.
“Rencana
yang sangat bagus, kau mengingatkanku saat aku masih muda dulu. Kau benar-benar
pria sejati, sama sepertiku” kata Abraham saat aku membantu menata
barang-barang di ruangannya.
“Itu
bukan rencana, dan aku tidak mau disamakan denganmu” cetusku.
“Jadi
itu bukan rencana? Kalau begitu, kau benar-benar sama sepertiku waktu muda
dulu”
“Sudah
kubilang jangan samakan aku denganmu. Aku akan menjelaskan padamu tentang harga
barang-barang ini dan cara kau menjualnya. Berusahalah menawar harga setinggi
mungkin, jangan sampai jatuh dibawah harga yang aku tulis ini. Dan kau harus
terlihat mempesona, tunjukan kharismamu untuk menarik pelanggan. Kau harus bisa
akrab dengan para pembeli untuk menarik informasi dari mereka”
“Lalu
kau bagaimana?”
“Aku
akan berjalan dengan gadis-gadis itu untuk mencari informasi dari beberapa
orang dan pedagang. Kami akan mengunjungi berbagai tempat”
“Istrimu?”
“Aku
akan memintanya untuk bertanya pada pria botak itu, aku akan menyuruh pria
botak itu agar tidak jauh-jauh darimu selama istriku mengobrol dengannya.
Setelah dia selesai, dia akan membantumu. Istriku tidak boleh jauh darimu, jadi
tolong awasi dia”
“Baiklah,
aku akan berusaha semampuku.”
“Bagus,
aku juga!” kataku, lalu aku pergi menuju ruanganku, dan saat aku mau tidur,
istriku mencegahku.
“Kau
tidak boleh tidur di kasur” ternyata dia masih marah setelah kejadian itu.
“Sudah
kubilang kau salah paham, aku tidak bermaksud selingkuh, si botak iru yang
memaksaku”.
“Oh,dengan
mengatakan “mereka harus bersumpah setia melayaniku selamanya. Anak-anakmu itu
harus menyembahku melebihi dewa mereka!” semua sudah jelas kan?”
“Bukankah
kau lihat aku sudah menolak mereka sebisaku? Aku mengatakan itu karena aku
berpikir jika pak tua itu masih normal, dia tidak akan setuju memberikan
anaknya seperti itu”
“Baiklah,
aku mengerti” dia tersenyum padaku, untunglah istriku mengerti.
“Terima
kasih” lalu aku segera naik ke kasur, tapi istriku tetap mencegahku.
“Gak
boleh, tidur tempat lain”
“Baiklah,
aku akan tidur dengan gadis-gadis itu jika kau tidak mau tidur denganku.”
“Tidak
boleh! Kau tidak boleh keluar dari ruangan ini saat aku tidur!” dia benar-benar
keras kepala
“Kalau
begitu, tidurlah bersamaku”
“Aku
tidak mau”
“Baiklah,
aku keluar”
“Baiklah!”
akhirnya dia mengalah juga.
Lalu
aku menjelaskan pada istriku tentang hal-hal yang harus dilakukannya besok. Aku
juga mengatakan padanya kalau nama asli Abraham adalah Eldore, dan dia harus
memanggilnya dengan nama itu.
Setelah
itu aku memeluknya dengan erat. “ouh, lepasin Ragor” katanya. Tentu saja aku
tidak melepaskannya, sampai aku benar-benar tertidur.
Pada
pagi harinya, aku membantu Abraham mempersiapkan karavan untuk berjualan, lalu
aku mengobrol berdua dengan si botak pemilik penginapan itu.
“Hei
botak, kalau kau mau memberikan anak-anak gadismu padaku, berarti kau punya
banyak anak kan? Tapi aku tidak melihat yang lain, kemana mereka?”
“Tidak,
aku hanya punya mereka berdua”
“Oh..
Eh!? Kalau begitu ambil kenapa kau memberinya padaku!? Siapa yang akan menjadi
penerusmu?”
Lalu
dia berhenti, dan dia menatapku. Dia terlihat serius sekarang.
“Kalau
begitu,maukah kau yang menjadi penerusku?”
“Ha?
Apa maksudmu? Aku sudah punya istri, dan aku tidak suka mengurus bisnis seperti
ini. Aku lebih suka pergi ke negeri yang baru, dan mencari hal-hal baru. Dan
setelah aku punya anak, aku dan keluargaku akan hidup damai mengurusi ternak
dan menikmati pemandangan padang rumput yang luas, lalu aku akan membuat anakku
kagum dengan cerita orangtuanya sewaktu muda”
Si
botak itu tersenyum “Orang-orang muda memang suka hidup bebas. Aku jadi iri
denganmu”
“Kalau
begitu kenapa kau memilih tinggal di kota ini? Kau punya penginapan, berarti
uangmu banyak kan?”
“Meskipun
uangku banyak, tapi bukan hanya uang yang diperlukan untuk hidup bebas
sepertimu”
“Lalu?”
Dia
lalu berbisik padaku “Kalau begitu, maukah kau membawa anak-anakku? Jika kau
tidak bisa menikah dengan mereka, setidaknya buatlah anak dari mereka”
“Otakmu
sudah sinting! Aku tidak sebejat itu, bodoh! Kau benar-benar mau mati hah?”
“Karena
itulah aku ingin kau menjadi suami dari anak-anakku. Kau adalah orang yang
pantas. Kau memiliki kecerdasan dan mampu mengendalikan situasi, kau setia dan
bertanggung jawab. Dan yang paling penting darimu adalah kau rela mengorbankan
nyawamu”
“Apa
yang kau tahu tentangku? Lagipula banyak laki-laki disini yang lebih baik
dariku”
“Jika
memang begitu aku tidak akan memohon padamu. Jika kau bejat, kau pasti akan
langsung menerima tawaranku tadi, atau kau akan memaksa untuk mengambilnya kan?
Tapi menurutmu kenapa aku melakukan semua kebodohan itu?”
“Hah?
Melakukan semua kebodohan itu? Memohon? Jadi kau berpura-pura?”
“Tentu
saja, menurutmu kenapa mereka aku suruh untuk memakai jubah keperawanan?”
“Kau..
jangan-jangan kau tahu aku berbohong? Dan apa itu jubah keperawanan? Kau harus
jelaskan padaku apa yang terjadi dengan kota ini”
“Jubah
keperawanan adalah tanda seorang gadis benar-benar perawan, ketika usianya 17
tahun, mereka akan memberi keperawanan mereka di hari penyambutan dewa. Kau
tahu siapa dewanya kan?”
Aku
langsung terkejut, pak tua botak itu bisa menjebakku “Kau.. Baal. Breengsek!
Berarti istriku dalam bahaya!”
“Jangan
gegabah. Karena ini aku ingin kau membawa anak-anakku, aku akan memberikan
segalanya untukmu”
Lalu
kedua pelayanku itu datang, mereka tidak lagi memakai jubah. Aku segera
menghentikan obrolanku dengannya.
“Baiklah,
aku akan membawa mereka, kau bisa mengandalkanku. Aku akan berjalan-jalan
sebentar, kita akan bercerita nanti malam”
Setelah
itu aku berjalan bersama kedua gadis ini, dan aku mulai mengobrol mereka.
“Aku
belum tahu nama kalian” kataku.
“Namaku
Myria, tuan” kata gadis yang lebih tinggi, sepertinya dia yang paling tua.
“Aku
Crisale, tuan” kata gadis yang lebih pendek.
“Ah,
jadi Myria yang lebih tua, dan Crisale anak bungsu?”
Mereka
tertawa kecil “Hihi, semua juga berpikir begitu, tapi akulah yang lebih tua,
tuan” kata Crisale.
“Hahaha,
benarkah? Aku bahkan tertipu. Baiklah Crisale dan Myria, tidak usah bersikap
formal jika hanya kita yang berbicara, panggil saja aku Ragor”
“Baiklah,
tu- eh, maksudku, Ragor” kata Myria
“Haha,
kau harus terbiasa mulai sekarang Myria! Karena kalian menajdi pemanduku di
kota ini” kataku. Tidak kusangka kami tertawa dan berbicara sehangat ini.
Kami
berjalan-berjalan sambil sesekali bercanda, mereka terlihat sangat berbeda
daripada saat aku melihatnya di penginapan. Entah mengapa wajah mereka terlihat
lebih bersinar.
Maksudku,
senyuman mereka lebih menawan dari sebelumnya. Mereka benar-benar terlihat
bahagia, apa mereka belum pernah merasakannya?
“Hei,
Tyris menyuruhku bilang pada penduduk di sini kalau aku temannya. Memangnya
kenapa dengan dia? Semua orang tampak menghormatinya, atau lebih terlihat kalau
mereka takut dengannya”
“Itu
karena Tyris adalah pemimpin pasukan kota ini. Menurutmu dia itu orang seperti
apa Ragor?”
“Dia
itu tidak terlihat seperti seorang pemimpin. Dia bersikap sama seperti pasukan
lain, cerewet dan pemarah, seperti seorang ibu tua kepada anaknya”
“Ya,
mungkin kau benar Ragor” Tyris menyahut dan menyambutku. “Kau tahu, menjelekkan
nama orang lain dari belakang itu tidak baik kan?”
“Ya,
tapi aku tidak melakukannya Tyris, aku hanya mengatakan pendapatku saja. Lagi
pula aku mengatakannya di depanmu. Ngomong-ngomong, ini para pelayanku, Myria
dan Crisale. Mereka cantik kan?” aku memperkenalkan mereka berdua ke Tyris.
“Seingatku
tadi kau tidak bersama perempuan Ragor”
“Hee..
menurutmu aku bagaimana? Aku ini pria, kau tahu” lalu aku meliriknya dan
berbisik padanya “Ssstt, kau mau tahu caranya? Kau mau satu? Aku bisa dapatkan
untukmu”
“Tidak,
terima kasih”
“Oh,
jadi kau mau dua? Tiga? Atau lima?
“Tidak,
aku tidak tertarik”
“Astaga,
jangan-jangan kau suka dengan laki-laki!?”
“Jaga
mulutmu, atau aku akan menghajarmu”
Lalu
istriku datang bersama si tua pemilik penginapan. “Ragor, sayangku!” istriku
berlari menghampiriku dan langsung memelukku. Aku melirik Tyris dan tersenyum
meremehkan. Tyris terlihat kesal.
“Sayang,
Eldore sangat hebat! Dia menjual semua barangnya! Dan dia menjualnya di atas
harga yang sudah ditentukan!” kata istriku.
“Nah
Tyris, perkenalkan, ini Lamia. Lamia, ini Tyris” kataku.
“Aku
Tyris, pemimpin pasukan Sodom. Salam kenal, nona”
“Oh,
kau Tyris? Kau terlihat lebih muda dari yang kukira! Kau sangat hebat!” kata
istriku
“Tidak
nona, aku hanya bekerja sesuai aturan saja” dia mulai merendah di hadapan
perempuan, dasar kaku.
“Hahaha,
kau sudah berusaha sangat keras ya, Tyris!” Lalu dia mencubit pipi Tyris dengan
gemas “Hei, kau itu masih muda Tyris! Setidaknya santailah, atau
nanti-kau-sa-kit. Hemm..” istriku itu mencubit hidung Tyris dengan gemas.
“Jangan
menggodanya Lamia” kataku. Lalu aku memeluknya dan mencium pipinya. “Ayo
bantulah Eldore”
“Aa~hh..
tapi aku mau jalan-jalan, sayang”
“Besok
saja kita jalan-jalan berdua sayang. Bukankah itu menyenangkan?”
“Baiklah,
aku kesana sekarang” setelah itu dia mencium bibirku, lalu pergi.
Aku
tidak sadar kalau Tyris terus menatap istriku, itu kesalahan pertamaku.
“Hei,
aku mau jalan-jalan dengan pelayanku. Kau mau ikut? Aku ingin mengetahui banyak
hal tentang kota ini” kataku.
“Tidak,
kenapa kau mau tahu? Kau orang luar, kau kan hanya menginap sampai festival
selesai. Jangan mencoba seenaknya, atau kau akan dieksekusi sekarang juga!”
Tyris memgang pedangnya, dia siap menarik keluar pedangnya dari sarungnya.
“Apa
maksudmu, bodoh? Aku sudah katakan padamu kalau aku akan tinggal disini dengan
istriku” aku menyelanya dengan santai.
“Oh,
kau mau tinggal dengan mereka? Kenapa?”
“Aku
mau punya anak, dan aku ingin dia melahirkan disini. Tidak aman kan kalau kami
bepergian selagi dia mengandung? Lagi pula, siapa yang kau maksud dengan
mereka? Aku tidak tahu kapan pedagang keliling itu mau pergi lagi” saat itu aku
tidak tahu kalau Tyris mengira pelayan-pelayanku ini adalah istriku.
“Pedagang?”
katanya, heran. Kami berdua tidak mengerti pembicaraan kami satu sama lain.
“Kan
sudah kubilang aku menumpang karavan pedagang keliling” kataku. Aku merasakan
kebodohan Tyris dari tampangnya, aku rasa dia tidak paham sejak awal “Kau ikut
aku Tyris, aku rasa ada sedikit salah paham disini”
“Hah?
Salah tentang apa?”
“Sudahlah,
ikut aku sambil kau jelaskan tentang kota ini” aku langsung menariknya, tidak peduli
apapun yang dia katakan.
Kami
berkeliling melihat kota ini, kota sangat beda dengan kota yang lain. Mereka
memiliki sistem pencatatan penduduk, pengolahan limbah pun sudah ada, walaupun
tidak secanggih zaman sekarang ini.
Aku
heran bagaimana mereka menciptakan semua ini, “apakah ini sihir?” pikirku. Aku
yang tidak percaya dengan sihir, iblis dan Tuhan, menjadi ragu dan mulai mngira
ini sihir, karena aku tidak bisa menjelaskan kemajuan kota ini secara logis.
Maksudku,
coba bayangkan mereka bisa membuat sebuah benda dari logam yang berputar dan
ukurannya sebesar 5 kaki, mereka bergerak berurutan di pinggiran kastil dan
terdapat bentuk seperti ukiran di sekelilingnya. Selain itu kastil ini terbuat
dari logam yang.. yahh.. agak susah menjelaskannya.
“Kaget,
huh? Inilah kenapa tidak sembarangan orang yang boleh masuk”, Tyris
menyombongkan dirinya, seolah-olah dialah yang paling berperan penting di kota
itu.
“Aa..”
aku tercengang, sesaat terdiam melihat kastil itu, masa bodoh dengan Tyris.
Setelah aku sadar aku panik dan langsung menarik Tyris “Apa sebenarnya benda
itu!? Tidak mungkin dia hanya berputar seperti itu kan!?”
“BWAHAHAHA!!!”
pertanyaanku teralihkan karena ada satu pria gemuk, dia sangat gemuk dengan
hidung mancung dan wajah keriput yang mesum. Dia bersama dua wanita cantik dan
mereka tertawa di jalan, tapi
pria tua itu meremas pantat mereka, wajahnya menjijikkan. Tapi dia memakai
pakaian mewah, sepertinya dia juga bangsawan.
“Oh,
orang bodoh sudah datang, ayo pergi” kata Tyris. Dia tidak sadar kalau mereka berdua sejenis.
Lalu Tyris dan aku segera menyingkir. Aku melirik dua wanita itu, dan
menggumamkan kekesalanku ke Tyris “Ah, mereka sangat seksi! Sialan kau, pak tua
mesum!” sambil menunjuk mereka dari jauh dengan geram.
Untunglah
ada seorang penjual, dia menjual bahan makanan. “Hey, tolong beri aku telurnya!” aku memberinya uang, aku tidak tahu berapa
harganya, langsung saja kuambil lima butir telur dan berlari meninggalkan
mereka.
“Hey!
Tunggu aku!” Tyris mengejarku. “Diamlah,
ambil ini!” aku memberinya tiga butir. “Kau lihat pak tua disana? Sebut saja
namanya PK. Itu targetnya, lakukan bersama-sama karena” aku menunjuk pak tua
mesum yang tadi. Haha.. aku tidak tahu apa yang aku pikirkan, aku hanya ingin
bersenang-senang.
“Oke,
pada hitungan ketiga, lempar! Usahakan mengenai wajahnya!” kataku dengan tidak
sabaran, dan *Plak* Tyris menamparku. “Kau gila?” katanya padaku. “Sadarlah
bung! Kalau kau kesal, setidaknya lakukanlah hal yang lebih baik” dia
menceramahiku. Lalu dia pergi meninggalkanku.
“Aa..”
aku tidak tahu mau bilang apa. Aku terdiam dan hanya memandang (mantan)
targetku dari kejauhan. Dia masih bersama dua perempuan itu, mereka terlihat
senang, mereka sekarang tertawa di pinggir jembatan. Sebenarnya, kenapa mereka
tertawa? Si PK itu berjalan ke depan dan berbalik, sepertinya sedang pamer
kepada perempuan itu, dia berputar, berbalik arah, dan terlihat seperti sebuah
kelapa.
Sebuah kelapa yang terbang melayang, dan berputar di
udara, kelapa itu terlihat bersinar karena cahaya matahari, silau, seolah-olah
tersenyum menyemangati diriku yang lemas, lemah, letih, lesu, dan lunglai. Lalu
kusadari dia memberi secercah cahaya harapan ke jiwaku, dan dia melayang
berputar dan mengarah ke pinggir jembatan.
“Hah!?
Oi!! Kok ada Kelapa!?” aku berteriak karena kaget, tapi tanpa kusadari kelapa
itu melayang dan.. *DUUAAK!!!*. Kelapa itu menghantam wajah
si PK, dan dia jatuh dengan pelan ke
sungai bersama si kelapa saat berputar, sangat dramatis. Tapi kondisi si PK
pasti sangat parah, coba bayangkan saja bagaimana rasanya sebuah kelapa
melayang dari tempat yang jauh menghantam wajahnya. Kalau sudah, coba kalian
bayangkan versi slow motion-nya..
Menyadari
kondisi itu, aku sempat shock dan panik. Aku langsung melangkahkan kakiku
dengan cepat, kulalui pasar yang padat, aku tak menghiraukan orang-orang yang
berlalu di jalanan, keringat dingin mengucur dari tubuhku dan aku tidak peduli.
Aku sangat khawatir, dan dengan sekuat tenaga berlari menuju tempat si PK
terjatuh tadi, sambil mataku berkaca-kaca menahan air mata karena aku sangat
sedih.
Tapi
ketika aku sampai, semuanya sudah terlambat. Sayang sekali dia tidak selamat.
Badanku
lemas dan tak bertenaga, lututku tidak sanggup lagi menahan diriku untuk
berdiri. Akupun hanya bisa memandangi, meratapi, dengan air mata kesedihan yang
mengalir.. dari hidungku.
Tapi,
tentu saja aku tidak bisa menerima kenyataan ini!
“TIDAK!!
Kelapanya!” aku segera berlari ke pinggir jembatan dan ingin melompat, tapi
Tyris menahan tanganku dan menarikku. “Tidak! Lepaskan aku! Hei! Siapapun!
Seseorang tolong selamatkan kelapanya!” aku berteriak, menangis dan merengek
sekencang-kencangnya, berharap agar ada yang kasihan dan rela melompat dari
jembatan untuk mengorbankan nyawa mereka demi sebuah kelapa.
Aku
tetap meronta, menarik tubuhku sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dari
Tyris, tapi aku tetap saja tidak bisa melepasnya. Badanku lemah saking
banyaknya tenaga yang aku keluarkan untuk menangis dan bertingkah konyol.
Tyris
melonggarkan tangannya saat aku lemas, merasa kalau sudah tidak apa-apa kalau
aku dilepaskan. Tapi kebodohannya itu adalah.. kita ini di pinggir jembatan!
Lebih parahnya lagi, aku tidak sadar dia melonggarkan tangannya dariku. Jadilah
saat dia melonggarkan tangannya itu, aku tidak sengaja bergerak maju dan lepas
dari jangkauannya, semuanya dengan pelan dan pasti.
Ya,
pasti mati.
“UWAAH!!”
teriakku.
Tyris
yang bodoh itu telat banget sadarnya dan baru aja dia teriak “Oh, tidak!!”
Aku
yang kesal karena kebodohannya memandangnya dengan geram “Oh, yeah! Dasar
tolol! Dasar idiot level krisis! WAAA!!!...” *JEBYURR* itulah kata-kata
terakhirku. Mungkin bagi Tyris, suara yang didengarnya adalah.. *plung*